Senin, 22 November 2010

Irak setelah demokrasi; media hanya boleh menjadi corong penguasa? ~ Informed - Institute for Media Studies

http://informed-instituteformediastudies.blogspot.com/2010/11/irak-setelah-demokrasi-media-hanya.html
Saluran televisi Al-Baghdadiya Irak, sebuah stasiun televisi independen yang dipertimbangkan sebagai stasiun tv nasionalis pada akhirnya dipaksa tunduk pada otorianisme pemerintahan demokrasi boneka AS di Irak. Sebagaimana dilaporkan AFP, komisi ijin media Irak telah menuduh stasiun tv tersebut sebagai 'corong teroris'.

"Penutupan ini dilakukan setelah turunnya keputusan atas Al-Baghdadiya karena melanggar aturan dan regulasi penyiaran lembaga media", ungkap Komisi Komunikasi dan Media dalam pernyataan mereka.

Pelanggaran apa yang sesungguhnya dimaksud oleh Komisi itu? Ternyata hanya karena Al-Baghdadiya menyiarkan tuntutan kelompok bersenjata dalam sebuah serangan atas gereja di Baghdad Minggu 31 Oktober yang lalu.

Kontrol atas media dan informasi di Irak semakin diperkuat setelah demokrasi dipaksakan oleh pasukan invasi AS di negeri itu, di samping kekecewaan besar yang dirasakan oleh penganut agama Kristen di Irak yang merasakan sentimen anti-Kristen tumbuh seiring menguatnya identitas keislaman dan perlawanan rakyat Irak atas agresi Amerika.

Seorang pemuka Kristen Irak, Uskup Athanasios Dawood mengatakan kepada BBC bahwa saat ini tidak ada lagi tempat bagi warga Kristen di Irak, "semua membenci orang Kristen", keluhnya. Dawood juga menuding Amerika Serikat tidak memenuhi janjinya, "Mengapa kami sekarang harus meninggalkan negeri ini, justeru setelah menerima janji Amerika akan membawakan kami kebebasan, demokrasi?" Dawood menambahkan.

Invasi Amerika Serikat atas Irak memang tidak hanya membawa kesengsaraan kepada mayoritas penduduk muslim negeri itu, tetapi juga seluruh warga Irak, tidak terkecuali mereka yang semula menaruh harapan pada janji Amerika Serikat. [informed.tk]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar