Rabu, 23 Maret 2011

Berhala Modern Itu Bernama Nasionalisme

Rating:★★★★★
Category:Other

Oleh Ust. Ihsan Tandjung

Ada sebuah ayat di dalam Al-Qur’an yang mengisyaratkan bahwa suatu masyarakat sengaja menjadikan ”berhala” tertentu sebagai perekat hubungan antara satu individu dengan individu lainnya. Sedemikian rupa ”berhala” itu diagungkan sehingga para anggota masyarakat yang ”menyembahnya” merasakan tumbuhnya semacam ”kasih-sayang” di antara mereka satu sama lain.  Suatu bentuk kasih-sayang yang bersifat artifisial dan temporer. Ia bukan kasih-sayang yang sejati apalagi abadi. Gambaran mengenai berhala pencipta kasih-sayang palsu ini dijelaskan berkenaan dengan kisah Nabiyullah Ibrahim ’alaihis-salam.

 

وَقَالَ إِنَّمَا اتَّخَذْتُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَوْثَانًا مَوَدَّةَ بَيْنِكُمْ

فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ثُمَّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ يَكْفُرُ بَعْضُكُمْ بِبَعْضٍ وَيَلْعَنُ

بَعْضُكُمْ بَعْضًا وَمَأْوَاكُمُ النَّارُ وَمَا لَكُمْ مِنْ نَاصِرِينَ

“Dan berkata Ibrahim ’alaihis-salam: "Sesungguhnya berhala-berhala yang kamu sembah selain Allah adalah untuk menciptakan perasaan kasih sayang di antara kamu dalam kehidupan dunia ini kemudian di hari kiamat sebahagian kamu mengingkari sebahagian (yang lain) dan sebahagian kamu melaknati sebahagian (yang lain); dan tempat kembalimu ialah neraka, dan sekali-kali tak ada bagimu para penolongpun.” (QS Al-Ankabut ayat 25)

 

 

"Berhala-berhala" di zaman dahulu adalah berupa patung-patung yang disembah dan dijadikan sebab bersatunya mereka yang sama2 menyembah berhala patung itu padahal berhala itu merupakan produk bikinan manusia. Di zaman modern sekarang "berhala" bisa berupa aneka isme/ ideologi/ falsafah/ jalan hidup/ way of life/ sistem hidup/ pandangan hidup produk bikinan manusia. Manusia  di zaman skrg  juga "menyembah" berhala-berhala modern tersebut dan mereka menjadikannya sebagai "pemersatu" di antara aneka individu dan kelompok di dalam masyarakat. Berhala modern itu menciptakan semacam persatuan dan kasih-sayang yang berlaku sebatas  kehidupan mereka di dunia saja. Berhala modern itu bisa memiliki nama yang beraneka-ragam. Tapi apapun namanya, satu hal yang pasti bahwa ia semua merupakan produk fikiran terbatas manusia. Ia bisa bernama Komunisme, Sosialisme, Kapitalisme, Liberalisme, Nasionalisme atau apapun selain itu.

 

Semenjak runtuhnya tatanan kehidupan bermasyarakat dan bernegara ummat Islam 85 tahun yang lalu bangsa-bangsa Muslim di segenap penjuru dunia mulai menjalani kehidupan sosialberlandaskan sebuah faham yang sesungguhnya asing bagi mereka. Faham itu bernama Nasionalisme. Ketika Khilafah Islamiyyah masih tegak dan menaungi kehidupan sosial ummat, mereka menghayati bahwa hanya aqidah Islam Laa ilaha illa Allah sajalah yang mempersatukan mereka satu sama lain. Hanya aqidah inilah yang menyebabkan meleburnya sahabat Abu Bakar yang Arab dengan Salman yang berasal dari Persia dengan Bilal yang orang Ethiopia dengan Shuhaib yang berasal dari bangsa Romawi.  Mereka menjalin al-ukhuwwah wal mahabbah (persaudaraan dan kasih sayang) yang menembus batas-batas suku, bangsa, warna kulit, asal tanah-air dan bahasa. Dan yang lebih penting lagi bahwa ikatan persatuan dan kesatuan yang mereka jalin menembus batas dimensi waktu sehingga tidak hanya berlaku selagi mereka masih di dunia semata, melainkan jauh sampai kehidupan di akhirat kelak. Mengapa? Karena ikatan mereka berlandaskan perlombaan meningkatkan ketaqwaan kepada Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang, Maha Hidup lagi Maha Abadi.

 

الْأَخِلَّاءُ يَوْمَئِذٍ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ إِلَّا الْمُتَّقِينَ

 

”Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa.” (QS Az-Zukhruf ayat 67)

 

Orang-orang beriman tidak ingin menjalin pertemanan yang sebatas akrab di dunia namun di akhirat kemudian menjadi musuh satu sama lain. Oleh karenanya, mereka tidak akan pernah mau mengorbankan aqidahnya yang mereka yakini akan menimbulkan kasih-sayang hakiki dan abadi. Sesaatpun mereka tidak akan mau menggadaikan aqidahnya dengan faham atau ideologi selainnya. Sebab aqidah Islam merupakan pemersatu yang datang dan dijamin oleh Penciptanya pasti akan mewujudkan kehidupan berjamaah sejati dan tidak bakal mengantarkan kepada perpecahan dan bercerai-berainya jamaah tersebut.

 

وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا

 

”Dan berpegang teguhlah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah dalam jamaah, dan janganlah kamu bercerai berai.” (QS Ali Imran ayat 103)

 

Sewaktu ummat Islam hidup di bawah naungan Syariat Allah dalam tatanan Khilafah Islamiyyah mereka tidak mengenal bentuk ikatan kehidupan sosial selain Al-Islam. Mereka tidak pernah membangga-banggakan perbedaan suku dan bangsa satu sama lain. Betapapun realitas suku dan bangsa memang tetap wujud, tetapi ia tidak pernah mengalahkan kuatnya ikatan aqidah di dalam masyarakat. Sedangkan setelah masing-masing negeri kaum muslimin mengikuti jejak langkah Republik Turki Modern Sekuler, maka mulailah mereka mengekor kepada dunia barat yang hidup dengan membanggakan Nasionalisme masing-masing bangsa. Padahal bangsa-bangsa Barat tidak pernah benar-benar berhasil membangun soliditas sosial melalui man-made ideology tersebut. Akhirnya bangsa-bangsa Muslim mulai sibuk mencari-cari identitas Nasionalisme-nya masing-masing. Mulailah orang Indonesia lebih bangga dengan ke-Indonesiaannya daripada ke-Islamannya. Bangsa Mesir bangga dengan ke-Mesirannya. Bangsa Saudi bangga dengan ke-Saudiannya. Bangsa Turki bangga dengan ke-Turkiannya. Lalu perlahan tapi pasti kebanggaan akan Islam sebagai perekat hakiki dan abadi kian tahun kian meluntur.

 

Sehingga di dalam kitab Fi Zhilalil Qur’an Asy-Syahid Sayyid Qutb rahimahullah menulis komentar mengenai surah Al-Ankabut ayat 25 di atas sebagai berikut:

 

Ia (Ibrahim) ’alaihis-salam berkata kepada mereka (kaumnya), “Kalian menjadikan berhala-berhala sebagai sesembahan selain Allah, yang kalian lakukan bukan karena kalian mempercayai dan meyakini berhaknya berhala-berhala itu untuk disembah. Namun, itu kalian lakukan karena basa-basi kalian satu sama lain, dan karena keinginan untuk menjaga hubungan baik kalian satu sama lain, untuk menyembah berhala ini. Sehingga, seorang teman tak ingin meninggalkan sesembahan temannya (ketika kebenaran tampak baginya) semata karena untuk menjaga hubungan baik di antara mereka, dengan mengorbankan kebenaran dan akidah!”

 

Hal ini terjadi di tengah masyarakat yang tak menjadikan akidah dengan serius. Sehingga, mereka saling berusaha menyenangkan temannya dengan mengorbankan akidahnya, dan melihat masalah akidah itu sebagai sesuatu yang lebih rendah dibandingkan jika ia harus kehilangan teman! Ini adalah keseriusan yang benar-benar serius. Keseriusan yang tak menerima peremehan, santai, atau basa-basi.

 

Kemudian Ibrahim’alaihis-salam menyingkapkan kepada mereka lembaran mereka di akhirat. Hubungan sesama teman yang mereka amat takut jika terganggu karena akidah, dan yang membuat mereka terpaksa menyembah berhala karena untuk menjaga hubungan itu, ternyata di akhirat menjadi permusuhan, saling kecam, dan perpecahan.

 

”...Kemudian di hari Kiamat sebagian kamu mengingkari sebagian (yang lain) dan sebagian kamu melaknati sebagian (yang lain)....”

 

Hari ketika para pengikut mengingkari orang-orang yang diikutinya, orang-orang yang dibeking mengkafirkan orang-orang yang membekingnya, setiap kelompok menuduh temannya sebagai pihak yang menyesatkannya, dan setiap orang yang sesat melaknat teman yang menyesatkannya!

 

Kemudian kekafiran dan saling melaknat itu tak bermanfaat sama sekali, serta tak dapat menghalangi azab bagi siapapun.

”...Dan tempat kembalimu ialah neraka, dan sekali-kali tak ada bagimu para penolong pun.”

 

Mereka (kaumnya Nabi Ibrahim ’alaihis-salam) pernah menggunakan api untuk membakar Ibrahim ’alaihis-salam, tapi Allah kemudian membela dan menyelamatkan Ibrahim ’alaihis-salam dari api itu. Sementara mereka tak ada yang dapat menolong mereka dan tak ada keselamatan bagi mereka!

 

Saudaraku, marilah kita tinggalkan segala bentuk “berhala modern” yang sadar ataupun tidak selama ini kita “sembah”. Kita jadikan faham selain Islam sebagai sebuah perekat antara satu sama lain, padahal persatuan dan kasih-sayang yang dihasilkannya hanya bersifat fatamorgana.  Marilah hanya AL-ISLAM  yang kita jadikan "faktor pemersatu" yang pasti terjamin akan mempersatukan kita di dunia dan di akhirat.  Al-Islam bukan produk manusia melainkan produk Allah Yg Maha Tahu dan Maha Sempurna pengetahuannya.

 

Sedemikian hebatnya pengaruh Nasionalisme sehingga sebagian orang yang mengaku berjuang untuk kepentingan ummat-pun takluk di bawah ideologi buatan manusia yang satu ini. Betapa ironisnya perjuangan para politisi Islam tatkala mereka rela untuk menunjukkan inkonsistensi-nya di hadapan seluruh ummat demi meraih penerimaan dari fihak lain yang jelas-jelas mengusung Nasionalisme. Seolah kelompok yang mengusung ideologi Islam harus siap mengorbankan apapun demi mendapatkan keridhaan kelompok yang mengusung Nasionalisme. Seolah memelihara persatuan dan soliditas berlandaskan Nasionalisme jauh lebih penting dan utama daripada mewujudkan al-ukhuwwah wal mahabbah (persaudaraan dan kasih sayang) berlandaskan aqidah Islam.

 

Sedemikian dalamnya faham Nasionalisme telah merasuk ke dalam hati sebagian orang yang mengaku memperjuangkan aspirasi politik Islam sehingga rela mengatakan bahwa ”Isyu penegakkan Syariat Islam merupakan isyu yang sudah usang dan tidak relevan.” Tidakkah para politisi ini menyadari bahwa ucapan mereka seperti ini bisa menyebabkan rontoknya eksistensi Syahadatain di dalam dirinya? Dengan kata lain ucapannya telah mengundang virus ke-murtad-an kepada si pengucapnya. Wa na’udzubillahi min dzaalika.

 

Sebagian orang berdalih bahwa jika kita mengusung syiar ”Penegakkan Syariat Islam”  lalu  bagaimana dengan nasib orang-orang di luar Islam? Saudaraku, disinilah tugas kita orang-orang beriman untuk mempromosikan Islam sebagai "faktor pemersatu" yg bersifat Rahmatan lil 'aalamiin. Tidakkah terasa aneh bila "mereka" bisa dan boleh dibiarkan mendikte aneka isme/ ideologi/ falsafah/ jalan hidup/ way of life/ sistem hidup/ pandangan hidup produk bikinan manusia kepada kita umat Islam, sedangkan kita umat Islam tidak mampu –bahkan kadang tidak mau- mempromosikan (baca: berda'wah) menyebarluaskan ajaran Allah kepada "mereka"? Wallahua'lam.-

 

وَلَا تُؤْمِنُوا إِلَّا لِمَنْ تَبِعَ دِينَكُمْ قُلْ إِنَّ الْهُدَى هُدَى اللَّهِ

أَنْ يُؤْتَى أَحَدٌ مِثْلَ مَا أُوتِيتُمْ أَوْ يُحَاجُّوكُمْ عِنْدَ رَبِّكُمْ

 

”Dan Janganlah kamu percaya melainkan kepada orang yang mengikuti agamamu. Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk (yang harus diikuti) ialah petunjuk Allah, dan (janganlah kamu percaya) bahwa akan diberikan kepada seseorang seperti apa yang diberikan kepadamu, dan (jangan pula kamu percaya) bahwa mereka akan mengalahkan hujjahmu di sisi Tuhanmu". (QS Ali Imran ayat 73)

Selasa, 01 Maret 2011

Ahmad Dhani & Laskar Cintanya ngeroyok orang :D

http://id.omg.yahoo.com/news/ahmad-dhani-dilaporkan-ke-polda-metro-khjx-0000357050.html
Musisi yg getol bicara CINTA, TOLERANSI & PLURALISME di banyak lagunya ternyata juga tdk mau kompromi thd sesuatu yg dia anggap sbg "PRINSIP"? Tapi kok cuma utk belain cewek? Keroyokan pula


SARKASTIK MODE: ON

Kau bisa katakan apapun ttg Agama dan Tuhanku, asal jgn kau singgung aku dan wanitaku.. Gile aje lo, gw orgnya kan toleran dan pluralis.... (LASKAR_CINTA.com) 



INI BERITANYA: :)

Buntut dari kasus penganiayaan yang dilakukan oleh bos Republik Cinta Manajemen (RCM), Ahmad Dhani membuat yang bersangkutan dilaporkan ke Polda Metro Jaya. Wartawan Global TV, Novyandi Kurniawan melaporkan mantan istri Maia itu, Senin (28/02/2011).

"Betul, ada wartawan Global TV, Novyandi Kurniawan yang melaporkan Ahmad Dhani ke Polda Metro Jaya tadi malam. Kita sudah terima laporannya," ujar Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Baharudin Djafar saat dihubungi wartawan, Selasa (01/03).

Dijelaskan oleh Baharudin jika pelaporan yang dilakukan oleh wartawan Global TV karena tindakan Dhani dan anak buahnya saat meliput di depan rumah Mulan Jameela di Pondok Indah, Jakarta Selatan pada Senin (28/02) lalu.

Pelaporan yang dibuat wartawan Global TV itu dilakukan karena telah terjadi tindak pidana terhadap wartawan dalam melaksanakan tugasnya.

"Kita terima laporan. Selanjutnya perlu penelusuran dan penanganan dari visum, pengeroyokoan, baju sobek. Itu sebagai barang bukti. Nanti kita akan ada pemeriksaan. Sekarang kita merancang pemanggilan saksi rekan dari Global TV, seperti sopir, baru setelah itu Ahmad Dhani ," ujar Baharudin.

Seperti diketahui, dua wartawan Global TV, Syahri Yanni dan Novyandi Kurniawan mengalami kejadian tidak menyenangkan saat meliput di kediaman Dhani. Mereka bermaksud meminta konfirmasi mengenai kabar kehamilan Mulan Jameela. (kpl/adt/dar)


Ummi Icun: “Pertolongan Itu Datang Pada Saat Yang Tepat”

‘Aisyah Baraja biasa dipanggil Ummi Icun, mukminah kelahiran Solo, 15 Juni 1947, selalu berpenampilan tenang. Dalam usianya yang sudah senja, 64 tahun, wajahnya terlihat lebih muda dari usianya. Tidak tergambar sedikitpun, beratnya perjalanan hidup yang telah dilalui. Padahal, sudah lebih dari 40 tahun (rentang waktu yang cukup panjang) ummi mendampingi Ustad Abu Bakar Ba’asyir. Seorang ulama kharismatik yang istiqomah memperjuangkan tegaknya syari’ah Islam di Indonesia.  Karena gigihnya beliau berjuang, lewat dakwah tauhid yang disampaikan  “apa adanya” (sesuai Al Qur’an dan As Sunnah) membuat Amerika beserta antek-anteknya  geram. Mereka selalu berusaha menjauhkan ustad dari umat Islam khususnya di Indonesia. Beberapa kali ustad Abu dijebloskan kedalam penjara. Mulai  zaman Orde Baru hingga Orde “Reformasi”.

Bagaimanakah suka duka ummi Icun mendampingi sang suami tercinta (ustad Abu Bakar Ba’asyir ) mulai dari Gading, Solo, hingga hijrah ke negri jiran Malaysia dan kembali lagi ke Solo?
Berikut petikan wawancara kami bersama beliau semoga dapat diambil hikmahnya.

JMC : Assalamu’alaikum ummi, apa kabar?

Ummi Icun: Wa’alaikumsalam, alhamdulillah baik…

JMC : Bolehkah kami tahu, bagaimana suka duka perjalanan ummi selama mendampingi ustad Abu?

Ummi Icun :  Bismillahirrahmanirrahiim, Alhamdulillah saya sudah mendampingi ustad selama 40 tahun. Saya  menikah tahun 1970 (terhenti sesaat … tersirat keharuan yang dalam, bening butiran air mata menggenang dikedua pelupuk matanya. Sesaat ummi memutar  mundur episode perjalanan hidup beliau), tepatnya bulan Januari 1970. Ya Alloh … Alloh yang telah menjodohkan saya dengan ustad Abu… Sayapun ingin, memiliki suami yang dapat membimbing saya, dan ternyata telah dikabulkan oleh Alloh (dengan penuh haru, kalimat-kalimat itu diucapkan ). Selama perjalan pernikahan kami, alhamdulillah tahun 1972 lahir anak  pertama di Gading Solo, Pondok Al Mukmin yang pertama, masih sekolah diniyah . Seorang bayi perempuan yang kami beri nama Zulfa. Kehidupan seorang guru adalah kehidupan penuh kesederhanaan. Tapi Alhamdulillah saya bersyukur tidak pernah hari-hari yang tidak makan. Ustad Abu, Alhamdulillah orangnya sangat baik, dengan isteri, dengan orang tua, dengan anak-anak beliau orangnya lembut. Selama ini saya tidak pernah dimarah ustad Abu. Kecuali kalau ada hal prinsip yang saya keliru, beliau mengingatkan. Beliaupun tidak pernah berlaku kasar, sehingga hati saya tenang. Walaupun beliau jarang dirumah, tapi ketika dirumah waktu yang tersedia benar-benar dimanfa’atkan.  Dan beliau sangat mengayomi. Tahun 1974 lahir anak kami yang kedua Rosyid Ridho. Tahun 1975 kami pindah dari Ngading ke Ngruki.Dan Pondok Al Mukmin sudah berdiri disana, walaupun masih sederhana. Terdiri 1 bangunan untuk sekolah dan asrama. Masjid juga sudah ada, tapi masih kecil. Kemudian pada tahun 1977 lahirlah Abdurrohim. Saat Abdurrohim berusia 11 bulan, kami mulai menghadapi fitnah dan ujian. Di zaman Orde Baru Ustad Abu dituduh terlibat Komando Jihad. Pondok sempat digerebek, karena dicurigai menyimpan senjata. Padahal setelah dicari tidak ditemukan senjata apapun. Tahun 1978 ustad Abu ditangkap di Semarang. Mulailah ustad dipenjara oleh Laksusda. Dua pekan menjalani masa tahanan, ustad belum boleh ditengok. Tapi ummi tetap berusaha untuk dapat membesuk. Ustad Abu tidak sendiri ditangkap. Melainkan berdua dengan ustad Abdullah Sungkar rahimahullah. Akhirnya satu bulan kemudian ustad Abu boleh ditengok. Setelah beberapa bulan ditahan di penjara Laksusda, ustad dipindahkan ke Lembaga Pemasyarakatan Semarang. Saya menengok setiap 2 pekan sekali. Saat itu anak-anak masih kecil-kecil, Zulfa akan masuk Taman kanak-kanak, Rosyid belum sekolah dan Abdurrohim usia 11 bulan. Saya menjalani masa-masa itu dengan penuh kesabaran. Saat menengok kami lakukan bersama-sama.Ketika itu, untuk dapat berkunjung harus mendapat izin dari CPM di Candi dan itu jauh tempatnya. Kamipun harus menunggu berjam-jam sebelum mendapatkan satu lembar surat izin. Surat itu biasa kami dapat jam 12.00atau jam 13.00 siang.  Dari situ dengan kendaraan masih memerlukan waktu setengah jam untuk tiba di LP Semarang. Setelah ditahan selama 2 tahun di LP Semarang, ustad dipindahkan ke LP Pati ini lebih jauh lagi. Dari Solo, saya harus naik bis ke Semarang, lalu ke Kudus baru kemudian ke Pati. Hingga akan tiba kembali ke rumah, malam hari. Anak-anak dibawa secara bergantian. Untuk tuduhan diatas ustad menjalani hukuman 4 tahun penjara (setelah kasasi).

JMC : Mengapa ustad hijrah ke negri  jiran, dan kapan itu terjadi ?

Ummi Icun : Ustad hijrah, karena ingin menyelamatkan aqidah, waktu itu sedang gencar-gencarnya asas tunggal PancaSila. Dan itu diyakini sebagai sebuah kemusyrikan. Beliau pergi bersama ustad Abdullah Sungkar hafidzahullah, pada tahun 1985. Semula saya tidak tahu kemana beliau akan hijrah. Awal kepergian ustad, banyak petugas sering datang kerumah untuk menanyakan kemana ustad pergi. Yah, saya jawab tidak tahu karena saya memang tidak tahu. Terkadang saya  dipanggil ke Kodim. Saya bersyukur selalu diantar orang tua. Dan Allah SWT selalu memberi kekuatan dan keberanian kepada saya untuk menghadapi interogasi. Saya bergantung hanya kepada Allah SWT dan takut hanya kepada Allah SWT. Mereka mendatangi rumah saya selama sepekan dan itu biasa dilakukan malam hari, jam 21.00 wib.
Suatu saat saya sempat marah besar, karena waktu itu saya demam. Alhamdulillah Allah SWT memberi keberanian dan membimbing lisan saya. Dan itulah kunjungan terakhir mereka.

JMC : Kapan ummi menyusul ustad, dan bagaimana kehidupan ummi selama ditinggal ?

Ummi Icun : Saya dan anak-anak menyusul 2 tahun kemudian. Selama ustad disana, para santri ikut menjaga anak-anak saya. Mungkin ini do’a ustad Abu. Dulu saya pernah bicara ke ustad, “Anak-anak kebagian waktu sedikit, hampir seluruh waktu dipondok bagaimana ini ?.”  Ustad
menjawab, ”Kamu ndak usah khawatir saya mendidik para santri, insyaAllah, nanti Allah SWT yang mendidik anak-anak kita.” Ternyata itu terjadi. Begitu banyak pertolongan Allah SWT. Bahkan kami mendapat pembantu yang setia dan ikhlas. Untuk mencukupi kehidupan keluarga, saya melakukan apa yang saya bisa lakukan. Yang penting halal, dirumah saya sempat berjualan es, sama-sama dengan isteri ustad Abdullah (Abdullah Sungkar, red). Saya juga membatik, Subhanallah …. itu semua pertolongan Allah SWT. Saya juga sempat berjualan sepatu kesaudara-saudara. Untuk menghemat ongkos saya terkadang  berjalan kaki.

Lumayan untuk oleh-oleh anak-anak. Semua saya lakukan sesudah merampungkan urusan di rumah,  menyiapkan anak-anak dan mengantar ke sekolah. Selain itu, saya juga menitipkan kebutuhan pokok ke warung pondok, antara lain : gula, kopi, susu , sabun krim dan lain-lain. Dan saya tidak menyangka dari hasil usaha-usaha  tersebut, Allah SWT  mampukan saya untuk menabung.

JMC : Apa hikmah perjalanan hijrah ummi dan anak-anak?

Ummi Icun : Subhanallah… semua lancar, berkat kasih sayang dan pertolongan Allah SWT. Dan selalu saja, pertolongan itu datang pada saat yang tepat. Disana ukhuwahnya baik. Kegiatan saya mengurus keluarga, menjahit dan berdagang. Alhamdulillah, orang tua saya mengarahkan saya untuk belajar manjahit dan itu ternyata sangat manfa’at dikemudian hari. Ustad Abu dan ustad Abdullah kesibukannya berda’wah. Selain bertani dan berternak ayam. Kehidupan kami alhamdulillah cukup, tidak lebih. Alhamdulillah … anak-anak sabar dan nrimo (qona’ah) dengan keadaan yang ada. Dan ternyata lingkungan, banyak membantu terbentuknya akhlak karimah putra–putri kami. Disekolahpun Alhamdulillah mereka berprestasi baik.

JMC : Bagaimana perhatian ustad, terhadap pendidikan anak-anak?

Ummi Icun : Ustad Abu selalu mengarahkan dan cenderung kepada diin ( agama ). Kata beliau,” Jangan takut urusan dunia. Karena Allah SWT tidak akan menyia-nyiakan hambaNYa. Jangan pernah meniatkan untuk kepentingan dunia.”

JMC : Apa nasihat ummi kepada isteri para mujahid?

Ummi Icun : Berusahalah selalu untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, dengan menjalankan amalan amalan sunnah, shaum sunnah dan qiyamul lail. Mohonlah kekuatan kepada Allah untuk sabar dan tawaqal. Dari pengalaman yang ummi jalani, Subhanallah begitu banyak dan dekatnya pertolongan Allah SWT. Seringkali dari jalan yang tidak kita duga. (firman Allah) Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan Mengadakan baginya jalan keluar dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya, dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki) Nya. Sesungguhnya Allah telah Mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.

JMC : Apa harapan ummi terhadap persidangan ustad Abu, yang saat ini sedang digelar?

Ummi Icun : Harapan saya, ustad Abu bebas. Agar bisa berkumpul lagi, dan mengajar lagi di pondok. Selain keluarga, para santri juga merindukan kehadiran beliau di pondok. Cucu-cucu yang masih kecilpun kadang menanyakan keberadaan beliau. Alhamdulillah, dari 3 orang putra dan putri kami, saat ini Allah SWT sudah mengkaruniai 16 orang cucu.

JMC : Apa wasiat ustad, kepada isteri dan anak-anak?

Ummi Icun : Wasiat ada, tapi belum dibuka. Insya Allah nanti pada saat yang tepat.

Mendengar kisah perjalan ummi yang demikian mengesankan, menjadikan waktu 3 jam terasa sangat singkat. Namun karena hari sudah semakin sore, kami berpamitan untuk kembali pulang.

Subhanallah …

Sebuah perjalan panjang, yang sarat dengan nilai-nilai pengorbanan, kesabaran, keikhlasan dan istiqomah. Sikap tawaqal yang penuh, menjadikan ummi merasa nikmat menapaki perjalanannya mendampingi sang suami tercinta. Ini adalahpengakuan tulus seorang isteri yang setia dan sabar. Perjalanan belum berakhir ummi … Semoga Allah SWT mentakdirkan yang terbaik menurutNya.

Semoga Allah SWT mengabulkan permohonan ustad Abu, agar dapat tetap sabar, istiqomah dan khusnul khotimah. Demikian juga kepada keluarga beliau. Amiiin . [rianti/jmc]


sumber:

http://jatmediacenter.com/ummi-icun-pertolongan-itu-datang-pada-saat-yang-tepat.html